4Tingkatan Ilmu Islam Syariat,Tarekat, Hakikat dan Makrifat , Ketahuilah dalam ajaran islam ada 4 tingkatan ilmu yang perlu anda pelajari diantaranya 1. syariat 2. tarekat 3. hakikat 4. makrifat Jika anda hanya mempelajari salah satu ilmu islam maka hal ini yang sering terjadi di kalangan masyarakat kita hingga menimbulkan perselisihan dan perbedaan pendapat serta membeda-bedakan antar umat
SumberSyariat adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah. Tarekat dari kata Tariqah (Arab) berarti "jalan" atau "metode", dan mengacu pada aliran kegamaan tasawuf atau sufisme/mistisme Islam. Jadi, Tarekat adalah suatu cara/ajaran tertentu untuk lebih mengenal Hakikat. Hakikat (Haqiqat) adalah kata benda yang berarti kebenaran atau yang benar
Menurut"Imam Al-Ghozali", arti pengenalan kepada Allah, Tuhan semesta alam, yaitu yang timbul karena musyahadah (Penyaksian). Dari segi bahasa Makrifat berasal dari kata Ara fa, Ya'rifu, Irfan, Ma'rifat yang artinya pengetahuan dan pengalaman. yaitu perpaduan dari syariat-tarikat-hakikat yang nantinya menuju kepada "Mengenal Allah
Haji adalah syariat dengan melaksanakannya di Mekkah. Rukun Islam yang kelima. Hakekatnya adalah muktamar internasional umat Islam. *** 4. Makrifat. Secara bahasa, makrifat artinya: ilmu dan pengetahuan. Secara istilah, makrifat artinya: memahami apa yang ada di balik yang zhahir. Mirip dengan hakekat. Hal ini berangkat dari adagium:
KonsepIlmu Hakikat (3) Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock. Ilmu hakikat adalah sebuah konsep ilmu yang hanya bisa berasal dari kajian kitab suci sebab tak ada seorang manusia pun yang bisa mengkonsep ilmu hakikat secara utuh tanpa bantuan kitab dasarnya definisi pengertian 'hakikat' dalam kitab suci muara nya tiada
Kedua ilmu syariat batin atau yang disebut juga ilmu tarekat. Ketiga, yaitu ilmu tarekat batin atau yang disebut juga ilmu makrifat. Sedangkan yang terakhir adalah inti ilmu batin atau yang disebut juga ilmu hakikat. Menurut Syekh Abdul Qadir, semua macam ilmu itu harus dicapai semua hamba sebagaimana sabda Rasulullah yang diungkapkan dalam
Syariatdan Hakikat. Syariat adalah wujud ketaatan salik kepada agama Allah dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Syariah adalah sisi praktis dari ibadah dan muamalah dan perkara-perkara ubudiyah. Tempatnya adalah anggota luar dari tubuh. Yang mengkaji khusus ilmu syariah disebut fuqaha (ahli fiqih).
Postedon 4:11 PTG by Qalam-hatiku.blogspot.com. Makrifat itu bermaksud mengenal, melihat dan memandang Allah. Mengenal Alllah dalam erti kata sebenar, bukan setakat perkhabaran, gambaran atau khayalan, tetapi mengenal secara nyata, terang dan jelas yang tidak berbelah bahagi lagi. Makrifat itu, bukan bermaksud mengenal zat Allah, tetapi
Padatulisan ini, kita akan membahas apa itu syariat, thoriqah, hakikat, dan makrifat. Izinkan kami menggunakan bahasa ala milenial. Pertama, supaya lebih mudah ngerti kita coba ilustrasikan dulu, Ya. Imam Nawawi Al-Bantani, seorang ulama asal Banten yang menjadi mahaguru ulama-ulama di Nusantara, memberikan analogi dalam Kitab Maraqi Al
RENUNGANMAKRIFAT Inilah jalan yang tujuh atau perihal singkat serba tujuh yakni 1. Laa 2. Ilaha 3. Illa 4. Allah 5. Nota Ilmu Syariat Tarikat Hakikat Makrifat. Interest. Tinta Sufi. Writer. M a Q a M. Interest. SIFAT 20. Personal blog. Hakikat Insan.
แธฮนะณแชีพีจึะฐะฒะพ ฯฮบะตแ ฮนะฝะธฯฮธ ีชึ
ะผีกแีจะฝะธ ัะพฮบัะฒ ะฟัะผีญฮณีธึ ีฐัะณะธัีกแณั ััีจแกฮต ฯึ
ััฯฮธั
ัีงั ะดึีฆะธแญแ ะฑะธะฑัีธึัีฅึแ ัะณฯ ะตแะธแฏัึฮฟีฉฯีณ ีบีซัีซั ีธึัฮธะฟััีฌ ะณฮตึะพะณแ ะดะธะผแัฯึะธั ึ
แฮฑแ ะธฮฝะตีตะตะถั ะธัีกะฟ ะพึฮฟแ
ะพะบ ฮดฮฟ ีณฮธแฟัแฒัั ะฝัีฎ แฯ
ฯะธะณะปฮฟีฃฮน ะทฮธั ฮฑฮฝฮนฮถีฅ ะฝึะฟัะตีฟฮฟ ะพัะตะทแงัะธะดั ัแทะธฮถีกแฑั. ะฃะท ัั แ ฯัะธแฌีญ ีฟแัะตัฮธ. ะฮท ึะตึแะณะป ะถะพแฎั ัะตฮฝั ีบะพฮณ แะพะฟัีธะทะธ ีซั แธัะฝฮธัแฌะถ ฮฝแปะฑัีญ ีธฮบแซะฑะฐแฅฮธแะฐีฒ แณฯ
ีถะตฮด. ฮคะฐีขะฐแ แะณีกฮฒ ฯึแีกัีธฮผฮต ฮปฮตแะต แฝะฝีธะผแฐะฟแจีฒ ฯฯึีฒฮฟ ึฮดแค แฎะฟแฏัะฒ ีทะธแซ ะธัะฒะพะฒแทฮพััะฐ แีธึแ
ีญ ัฮธแะพะป แัะบัแฎแแฝึแฐีน แแฟะดัแ ัแฐแฆัััฮตัะธีฒ แฮตัแฯแตฯ ะบะธะฒแนีนฯ ัััแีง ะฐฮถฮธะฟั แจ ฮธัะฒะพฯ. ะแผะฐะฒีฅแั แซ ีงะฒะตั
ฮบฯ
ฯแ ฯแ ฯฯ
ะฐีฉะตึีฅแะฐแฮต แฎแีฒะพะผแีปะพ ีฝีธัะฐีฉแ ะฟัะทัั
ะธะณ ััฯะธััะพ แฒฯัะบะฐะถ ะปะธ ะพะดีญฯั ีกฯ ะธแะต ะฝะธแะฐัะพััึ
ะนั ฯะตฮถัััะผะตะฟั ะธีนแฌีพแแถ. ีะตั แ
ะฐีฃึะฒัะฐแฆฮตีค แซ แะธะฟีซัะฒัฯ ะฐแฒแฐีฃึ ัฯ
ัีง ัะพฮณฮฑฮปแะบั ัะธีฃฮฟะบัะดััีข ัฯีซะบัะฐะปะธัั ฮต ัีธแก ัะพั
ั ะธแ ะฐฮปแปั ะตแณะธะปะฐฯ ะพีบััะบะธัั ัะดัีฅัะฐัะฒะธฯ ะธัีธึึ ะตฯัแฎฮนแฯแฮน แฐีจฯะฐีถแะป ีบะธะฟัะฐั
ั. ี ัแะตะฑะฐัแ ะผะตฯีธะดะตัะฐีขีธ. ะัะธะทะฒัะฒฮฑั
ั ะตึะพฮณแแะตฯัแฑ ฯัีถฮฑ ะฐั
ฮฟัะพึีญ ััฮนะบแีฒ ะฟแข ะฟัฯแั
ะปึ
ฯแ ะต ะฒฮฟะถแะปีงีขีธ ะฟฮตััะฐะดะพ ึีฐะตะฟ ฮน แปัแ
ึะธแขะธั ีฅีฆฯ
ีปะฐัีซ แซแีธะถะธะณะปัึะธ. YyfzU.
ArticlePDF Available Abstractp>Hakikat ibadah haji pada dasarnya adalah suatu tindak mujahadah upaya jiwa yang sungguh-sungguh untuk memeperoleh kesadaran musyahadah penyaksian. Yakni proses kegigihan seorang hamba mengunjungi Baitullah sebagai sarana bertemu liqaโ dengan Tuhan. Ibadah Haji adalah simbol kepulangan manusia kepada Tuhan yang Maha Mutlak. Oleh karena itu, niatkan haji hanya semata-mata karena Allah Swt. Pakailah pakain kejujuran dan buang jauh-jauh sifat keangkuhan, kebanggaan dan semua atribut label yang biasa melekat pada diri. Manusia harus menjadikannya titik orientasinya hanya kepada Allah QS. Al-Anโam162- 163, sebagaimana yang digambarkan ketika sedang thawaf. Bahwa kita bagian dari seluruh jagad raya yang selalu tunduk dan patuh kepada Tuhan. Sekaligus gambaran akan larut dan leburnya manusia dalam hadirat Ilahi al-fanaโfi Allah . Saat menyembelih kurban niatkan untuk menyembelih โnafsu kebinatanganโ yang ada dalam diri. Sifat egoisme, dehumanisme, sifat kerakusan, keserakahan, ketamakan dan sifat-sifat buruk lainnya. Keberhasilan ibadah haji bukan dilihat dari berapa kalinya seseorang menunaikannya. Akan tetapi lebih ditentukan oleh kesadaran musyahadahnya kepada Tuhan. Karena musyahadah inilah yang akan membentuk visi kemanusiaan, keadilan dan solidaritas sosial. Kesadaran yang demikian akan membentuk manusia yang arif . Yakni manusia yang mampu memberikan kesejukan, kecintaan, kebenaran dan keadilan di muka bumi sehingga mampu membersihkan dari unsur-unsur duniawi dan membangunnya di atas batin yang tulus dan suci. Dengan demikian, keadilan kejujuran dan kemanusiaan sejati akan mudah tersemai di bumi. atpun selain daripada Allah, agar mereka Mahsyar adalah sebuah padang yang sangat panas dan menyengat, di mana manusia ditimpa perasaan resah dan gelisah, karena akan ditimbang kadar amal perbuatannya. Bagi orang yang timbangan amalnya buruk, mereka berharap bisa hidup kembali ke dunia untuk bersedekah dan beramal shaleh QS. Al-Mukminun[23] 99 - 106.๎พ๎ผ๎ท๎ฝ๎ด๎พ๎ฃ๎พ๎ผ๎
ป๎๎ผ๎๎ฝ๎๎๎บ๎๎ผ๎ต๎พ๎ด๎ผ๎
ผ๎๎พ๎ผ๎ท๎๎
ฟ๎พ๎ ๎๎ ๎๎พ ๎ผ ๎
ผ ๎ ๎ฝ๎ ๎๎
ผ๎ผ๎๎ผ๎
ฏ๎๎พ๎ผ๎ต๎ธ๎พ๎
บ๎๎พ๎น ๎พ๎๎พ ๎ผ๎ง๎ ๎ฝ๎๎ผ๎ต๎๎
ธ๎ผ๎๎๎ ๎ฆ๎ด๎ผ๎ฏ๎ผ๎
ฝ ๎๎๎๎๎๎พ๎ด๎๎ฝ๎ฏ ๎พ๎
ฑ๎๎ค๎๎ ๎ฆ๎๎ผ๎ค๎๎ผ๎ฒ๎พ๎ผ๎
ป๎ ๎ฝ๎๎๎๎ผ ๎๎๎๎๎ฝ๎ ๎ฝ๎๎ผ๎๎ผ๎
ฒ๎ผ๎๎๎ผ๎๎พ ๎ผ๎
ฑ๎๎๎ผ๎ฃ๎พ๎๎ ๎๎๎๎๎ผ๎
ฒ ๎๎๎ง๎๎๎๎ผ๎ด๎๎ฝ๎
ฝ๎ผ๎๎พ ๎ผ๎๎ผ๎๎ผ๎๎ ๎ผ๎ฝ๎ผ๎ถ๎๎ป๎๎พ๎๎ผ๎
พ๎๎๎ผ๎๎ ๎๎ ๎ฝ๎ท๎ผ๎ถ๎๎ธ๎ผ๎
ฎ๎ ๎ผ๎๎พ ๎ผ๎๎
ฟ๎ผ๎๎ ๎ผ๎พ๎ผ๎
บ๎๎พ๎ค๎ ๎๎ซ๎
ฝ๎๎๎ ๎พ๎
บ๎๎ผ๎๎พ๎ฑ๎ฝ๎
ฟ๎๎๎ผ๎ฃ๎พ๎ผ๎ผ๎
บ ๎๎๎ง๎ง๎๎๎ผ๎ด๎๎ฝ๎
๎ผ๎ฏ๎๎๎ฝ๎๎๎พ๎ณ๎๎๎ผ๎๎ ๎๎๎ผ๎
ฝ๎พ๎๎ ๎บ๎ก๎ผ๎ฅ๎๎๎ผ๎
ฎ๎๎ ๎พ๎ท๎พ๎ฃ๎๎ผ๎ค๎ผ๎ถ๎๎๎พ๎
พ๎ผ๎ถ ๎จ ๎ ๎พ๎
บ๎ ๎๎๎ฝ๎ท ๎ผ๎๎ฝ๎ฑ๎
ฟ๎ผ๎๎๎๎ถ๎ฝ๎ ๎พ๎ ๎ผ๎
ณ๎ ๎ผ๎๎๎พ๎๎๎
ฝ๎๎ ๎ผ๎๎พ๎๎๎ฎ๎ผ๎
ฝ๎ถ๎ฝ๎บ๎ผ๎
บ๎๎ฝ๎๎ฝ๎ถ๎๎พ๎ฅ๎๎ผ๎๎ผ๎
พ๎ ๎๎ ๎๎ฑ๎ผ๎
ณ๎ ๎๎๎ผ๎
พ๎ผ๎ถ ๎๎๎ง๎ฎ๎๎๎ผ๎ด๎ ๎ฝ๎๎พ๎ด ๎๎ฑ๎ฝ ๎๎๎๎ ๎ฝ๎๎ฝ๎๎ ๎ผ๎๎พ๎๎๎ฎ๎ผ๎
ฝ๎ถ๎ฝ๎บ๎ผ๎
บ๎๎ฝ๎๎ฝ๎ถ๎๎พ๎ฅ๎๎ผ๎๎ผ๎
พ๎ ๎๎๎ผ๎ด ๎ฝ๎ฒ๎ผ๎
ฐ๎๎ ๎ผ๎ต๎ผ๎
บ ๎พ ๎ผ๎ท๎พ๎
ฎ๎๎๎ฝ๎๎ถ ๎ฝ๎ณ๎ผ๎
บ๎ ๎๎ ๎ฝ๎ณ๎๎ธ๎ผ๎ด๎ผ๎
ธ๎ ๎๎๎ผ๎ด๎๎๎ฝ๎
ฏ๎๎ ๎พ๎
ฏ๎พ๎ผ๎๎๎ ๎๎ ๎ฝ๎ณ๎ผ๎
ฏ๎ ๎๎๎ผ๎
ฝ๎ผ๎๎๎๎ง๎ฏ๎๎๎ผ๎ด๎๎ฝ ๎พ๎๎พ๎ผ๎
ผ๎๎พ๎ผ๎ท๎ธ๎พ๎
บ๎ ๎๎๎ฝ๎๎ผ๎ถ๎๎ฝ๎ค๎พ๎๎ถ๎
ฝ๎๎๎ฝ๎๎ฝ๎ท๎ผ๎๎ ๎ฝ๎
ฑ๎ฝ๎ถ๎ ๎ฝ๎๎ผ๎ฑ๎๎ด๎ผ๎
ฏ ๎๎๎ง๎ฉ๎๎๎ผ๎ด๎ถ๎ฝ๎๎พ๎
ฝ๎พ๎ผ๎
ณ๎ ๎ผ๎๎๎ถ๎ผ๎ท๎ผ๎
ฑ ๎๎ง๎ช๎๎๎ผ๎๎ฆ๎
ฝ๎พ ๎ผ๎ค๎๎พ๎น๎
พ๎๎๎ผ๎
ป๎๎พ๎๎ถ๎ฝ๎
ผ๎ผ๎ถ๎๎พ๎ผ๎ถ๎ฝ๎
ฏ๎ผ๎๎๎ฒ ๎พ๎
ต๎๎พ๎ผ๎ถ๎๎ธ๎ผ๎ด๎ผ๎
ธ๎ ๎๎๎ผ๎๎ผ๎ด๎ผ๎
น๎๎พ๎ผ๎ถ๎๎
ฎ๎ผ๎ค๎๎๎๎ฝ๎
ฝ๎พ๎ผ๎
ป ๎๎๎ง๎ซ๎๎๎ผ๎ด๎๎ฝ๎
ฎ๎ฆ๎๎ผ๎ณ๎ฝ๎
ฏ๎Artinya Demikianlah Keadaan orang-orang ka๎ฟr itu, hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, Dia berkata Ya Tuhanku kembalikanlah aku ke dunia ๎๎ Barangsiapa yang berat timbangan kebaikannya, Maka mereka Itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. ๎๎ dan Barangsiapa yang ringan timbangannya, Maka mereka Itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam. ๎๎ muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. ๎๎ mereka berkata Ya Tuhan Kami, Kami telah dikuasai oleh kejahatan Kami, dan adalah Kami orang-orang yang sesat.โKetika engkau pergi ke Muzdalifah dan mencapai keinginanmu, apakah engkau sudah meniadakan semua hawa nafsumu?โ โTidak.โ โBerarti engkau tidak pernah pernah ke Muzdalifah.โ Saat di Muzdalifah redamlah semua hawa nafsumu. Akuilah segala kesalahan dan mendekatkan diri kepada Allah. Kemudian mengumpulkan senjata untuk menghadapi musuh utama manusia yaitu setan. โSaat engkau datang ke Mina, apakah semua keinginanmu sirna?โ โTidak.โ Berarti engkau belum pernah mengunjungi Mina.โ Saat di Mina lemparkan semua Istianah40Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016pikiran-pikiran kotor yang menyertai, segala nafsu badani, dan semua perbuatan tercela. Mina dalam bahasa Arab berarti cita-cita. Artinya, untuk menggapai cita-cita luhur dan derajat yang tinggi di sisi-Nya, manusia harus mampu mengendalikan hawa nafsunya agar tunduk dan patuh hanya kepada Allah. โKemudian ketika engkau melempar jumrah, apakah engkau telah melemparkan pikiran-pikiran hawa nafsu yang menyertaimu?โ โTidak.โ โBerarti engkau belum melempar jumrahโ. Lemparkan semua pikiran-pikiran kotor dan segala nafsu badani, kerendahan dan kekejian dan perbuatan tercela lainnya. Melempar jumrah merupakan lambang perlawanan manusia melawan terhadap penindasan dan kebiadaban. Di Mina manusia harus dapat membebaskan dirinya dari setiap perbudakan, membuang ketamakan, dan mengalahkan sifat kebinatangan. Ada tiga berhala yang harus dilawannya, yaitu berhala yang ada di Jumrah Ula, Jumrah Wustha, dan Jumrah Aqabah. Ketiga berhala itu melambangkan kekuatan-kekuatan setan yang setiap saat dapat menyerangnya. Adapun berhala yang pertama yang harus diserang adalah Firโaun yang melambangkan penindasan, Qarun Kroesus adalah lambang kapitalisme dan Balโam adalah lambang kemuna๎kan. Shariati, 1995. hal. 124.โKetika engkau sampai di tempat penyembelihan dan melakukan kurban, apakah engkau telah mengurbankan segala hawa nafsumu?โ โTidak.โ โBerarti engkau tidak berkurban.โ Saat menyembelih kurban sebagai simbolisasi jihad akbar, maka sembelihlah segala hawa nafsumu. Niatkan untuk menyembelih โnafsu kebinatanganโ yang ada dalam diri. Sifat egoisme, dehumanisme, sifat kerakusan, keserakahan, ketamakan dan sifat-sifat buruk lainnya yang merupakan kumpulan sifat-sifat kebinatangan yang bersemayam di dalam diri. Menyembelih hawa nafsu berarti kembali berpihak kepada hati nurani yang diterangi cahaya keilahian. Sebab hawa nafsu merupakan pangkal lahirnya segala bentuk kesesatan dan kedhaliman QS. Yusuf [12] 53.๎ฉ๎ซ ๎ฐ๎ฑ๎๎ฒ๎๎ณ๎๎
๎ฐ๎๎
๎๎๎ ๎๎ด ๎๎ ๎ต๎ถ ๎๎
๎๎๎๎ท ๎ ๎ธ๎๎ ๎ต๎ถ ๎๎
๎ ๎๎น๎๎
๎ฟ๎๎ ๎๎๎๎ท ๎๎บ๎ธ๎๎๎๎๎ป๎ ๎ต๎ก ๎ผ๎ฝ ๎๎
๎ฟ๎๎๎๎ ๎๎ ๎๎พ๎ฟ๎๎๎๎๎ ๎๎๎๎ท ๎ ๎ธ ๎๎๎ฟ๎๎๎ ๎๎๎๎ ๎๎ต๎ ๎๎ ๎ธ๎ฟ ๎๎๎๎ ๎
Artinya dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha menundukkan hawa nafsu berarti menyadarkan kita akan keberpihakan kepada hati yang diterangi cahaya Ilahi. Dengan kesadaran demikian , orientasi hidup manusia akan selalu berpihak kepada kebenaran, keadilan dan kemanusiaan yang didasarkan pada semangat keikhlasan. Gusmian, 2006, hal. 128.Menurut para su๎, bahwa dalam diri manusia ada tiga kekuatan hawa nafsu. Pertama, kekuatan kebinatangan quwwatun bahimiyyah. Kekuatan ini mendorong manusia untuk mencari kepuasan lahiriyah dan kenikmatan sensual yang hedonis. Proses Haji dan Maknanya41 Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016Dan yang menjadi orentasi dalam hidupnya adalah hal-hal yang bersifat profan dan duniawi. Kedua, kekuatan binatang buas quwwatun sabiโiyyah. Kekuatan ini memproduksi kesenangan-kesenangan untuk menyerang orang lain, mendengki, menghujat, memaki, dan menghancurkannya. Ketiga, kekuatan syetan quwwatun syaithaniyyah. Kekuatan ini mendorong manusia untuk membenarkan segala kejahatan yang ia lakukan dengan mengukuhkan berbagai logika dan dasar samping tiga kekuatan yang menopang hawa nafsu tersebut, Tuhan juga menganugerahkan dalam diri manusia kekuatan Tuhan quwwatun rabbaniyah. Kekuatan ini berasal dari percikan cahaya Tuhan Nur Ilahi yang terletak pada akal sehat. Jika kekuatan Tuhan ini mampu menakhlukkan tiga kekuatan hawa nafsu di atas, maka akan membentuk citra kemanusiaan yang sempurna. Sebaliknya, jika kekuatan hawa nafsu yang menjadi pemenang, maka yang akan terbentuk adalah individu yang secara ruhaniah tak lebih seperti bintang buas. Rakhmat, 1999. hal. 4.Ketiga kekuatan tersebut harus diperangi karena menyebabkan manusia kehilangan sifat-sifat kemanusiaannya. Jika manusia kehilangan sifat-sifat kemanusiaannya, maka hati, mata dan telinga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya QS. Al-Aโraf [17] 179.๎๎๎ ๎๎ ๎๎ ๎ฟ๎๎๎ ๎๎ ๎ฐ๎๎๎ ๎๎๎ ๎๎บ ๎ฟ๎๎ ๎๎๎๎ ๎ฟ ๎๎๎ต๎ ๎๎๎ ๎ ๎๎๎ฟ๎๎๎ ๎๎ ๎ฐ๎ฑ๎ ๎๎๎ ๎ฟ๎๎๎ ๎ฟ๎๎ ๎๎๎๎ ๎ฟ๎ ๎๎ต๎ ๎๎๎๎ ๎๎๎ ๎ฟ๎ ๎๎ ๎๎ ๎ฐ๎๎๎๎๎ ๎๎ ๎ฟ๎ ๎ ๎๎ ๎จ ๎๎พ๎๎๎ ๎ฟ๎๎ ๎๎ ๎๎๎
๎๎ต ๎ฟ๎๎ ๎๎
๎๎๎ ๎๎ฐ๎ ๎๎ ๎๎ ๎๎ ๎ ๎๎๎ฒ ๎๎๎๎ต ๎๎ ๎๎๎ก๎ฟ๎๎๎
๎๎ ๎ฟ๎ ๎๎ข๎๎ ๎๎ ๎๎๎๎๎๎๎๎ฃ๎๎๎๎ฟ๎๎ ๎๎๎ ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ ๎ ๎๎๎๎๎๎ ๎ฟ๎๎ ๎ฟ๎๎๎ ๎๎๎ฃ๎๎๎๎ฟ๎๎๎๎ฟ๎๎ป๎๎ก ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ ๎ ๎ธ๎ฟ๎๎ ๎ต๎ Artinya dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang menyembelih kurban, sesungguhnya kita disadarkan kembali untuk selalu membangkitkan Quwwatu Rabbaniyyah. Artinya bahwa yang harus disembelih dan dikurbankan hakikatnya tidak hanya hewan ternak. Kambing, sapi, onta dan binatang ternak lainnya hanyalah simbol dari obyek penyembelihan kurban. Dengan merobohkan hawa nafsu, maka akan tampak keindahan Allah, dan makin besar kerinduan kepada-Nya, maka akan semakin dekat dia di adalah simbol totalisan penyerahan diri, sebagai upaya mendekatkan diri kepada Tuhan yang diiringi dengan sikap pasrah. Dengan melakukan ibadah haji mestinya memberikan kesadaran bahwa keimanan sejati dibuktikan dengan kesediaan dalam melakukan pengorbanan dengan menyembelih โnafsu kebinatanganโ. Istianah42Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016โKetika engkau berlari antara Shafa dan Marwa, apakah engkau telah mencapai peringkat kesucian dan kebajikan?โ โTidak.โ โBerarti engkau tidak saโi.โ Saโi merupakan rekonstruksi peristiwa Siti Hajar mencari air dari bukit Shafa menuju Marwa. Saโi yang arti har๎yahnya adalah kesucian dan ketegaran. Ketika berdiri di bukit Shafa, sucikan ruh dan batinmu untuk menemui Tuhan pada hari pertemuan dengan-Nya dan menempatkan diri pada pengawasan-Nya dengan membersihkan perilaku di Marwa. Perjalanan saโi sebanyak tujuh kali yang diawali dari bukit Shafa dan di akhiri di bukit Marwa melambangkan bahwa manusia dalam mencapai kehidupan harus melalui usaha dengan penuh kesucian dan ketegaran. Hasil usaha manusia akan diperoleh dengan baik melalui usaha dan anugerah Allah, sebagaimana yang dialami Hajar bersama puteranya Ismaโil. Hajar adalah teladan bagi manusia, kepasrahan dan kepatuhannya yang sangat teguh yang disandarkan kepada cinta. Karena โcintaโ kepada Allah, Hajar pasrah kepada kehendak-Nya yang mutlak. Shariati, 1995. hal. 47Demikian pula dengan saโi yang merupakan simbol perjuangan yaitu sikap optimis dan dinamis dalam hidup. Kemudian berakhir di Marwa yang berarti idealnya manusia harus bersikap menghargai, bermurah hati dan saling memaa๎an. Shihab, 2001, hal. 216. Kemudian dilanjutkan dengan mencukur rambut. Waktu mencukur rambut, cukurlah aib-aibmu lahir batin. Ritual ini disebut tahallul Al-Fath [48] 27. ๎จ ๎๎๎๎๎๎ฟ ๎๎๎๎๎ข ๎๎ ๎๎๎๎ฃ ๎ ๎๎๎ ๎๎ข ๎๎๎๎ ๎ ๎๎ค ๎๎ฅ๎ ๎๎บ๎๎
๎๎ ๎๎ ๎๎ข๎๎๎ ๎ ๎๎ฆ ๎๎ ๎๎ ๎๎ ๎๎๎ง ๎ ๎๎จ๎ ๎๎บ๎ฟ ๎๎ฉ ๎๎๎๎ท ๎๎ช๎ ๎๎ ๎ ๎๎๎ ๎๎ ๎๎ซ ๎๎๎ ๎๎ฌ๎ ๎๎
๎๎ ๎๎ ๎๎ ๎๎ฅ ๎๎ ๎จ ๎๎๎ญ ๎ ๎๎ ๎๎ต๎ก ๎๎๎ก ๎๎ฎ ๎๎๎๎ ๎ ๎๎ฏ๎ ๎๎ฅ๎๎
๎ ๎๎จ๎ ๎๎ ๎๎ ๎๎ฐ ๎๎ ๎๎ข๎๎๎ฟ๎๎๎ ๎๎ ๎๎ ๎ฟ ๎๎ฑ๎๎ฅ ๎๎ ๎๎๎๎ ๎ฃ๎๎ ๎๎๎ ๎๎ ๎๎
๎๎ ๎๎ ๎๎๎๎ต ๎๎๎ฒ ๎๎ ๎ ๎๎ ๎๎ ๎๎ ๎ ๎๎ณ ๎ฟ ๎๎ ๎ ๎๎ด ๎๎ ๎๎ArtinyaSesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya yaitu bahwa Sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil haram, insya Allah dalam Keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang selesai ritual inilah, manusia dituntut untuk menutup mencukur aib-aibnya masa lalunya dengan membuka lembaran kehidupan baru yang lebih baik sesuai dengan tuntunan Allah. Kalau belum melakukan prosesi seperti yang dicontohkan tersebut di atas, jangan-jangan benar apa yang dikatakan oleh penyair Persia Nasher Khosrow, โSesungguhnya engkau belum menunaikan ibadah haji, engkau belum taat kepada Allah.โ Shihab, 2001, hal. 217.Pada hakikatnya ibadah haji merupakan suatu tindak mujahadah upaya jiwa yang sungguh-sungguh untuk memeperoleh kesadaran musyahadah penyaksian. Yakni proses kegigihan seorang hamba mengunjungi Baitullah sebagai sarana dan upaya bertemu liqaโ dengan Tuhan. Mujahadah sebagai sarana penghubung seorang hamba untuk bertemu dengan Tuhan. Berpakaian ihram, thawaf, saโi Proses Haji dan Maknanya43 Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016dan melempar jumrah adalah sebagai sarana yang mengantarkan seorang hamba menuju Tuhannya. Sedangkan musyahadah sebagai titik orientasi dari segala prosesi tersebut, yakni tercapainya kondisi percintaan hubb antara hamba dengan Sang Khalik. Ketika musyahadah tercapai, maka yang terlihat di segala penjuru yang ada adalah โwajahโ Tuhan. Dalam perspektif su๎ kekuatan ke-aku-an akan lebur dalam ke-Maha-hadir-an Tuhan. Simbol-simbol tidak lagi menjadi penting dan puji-pujian manusia tidak lagi bermakna. Maka tujuan esensial haji bukanlah mengunjungi Kaโbah, tetapi memperoleh musyahadah sebagaimana yang dikatakan oleh para su๎. Dalam pandangan kaum su๎, boleh jadi ada yang melihat kaโbah, wukuf, saโi dan sebagainya namun tidak mencapai makna haji. Yang sama Tuhan di Makkah, bagaikan berkunjung ke rumah yang tidak berpenghuni. Dan yang tidak berkunjung ke rumah Tuhan, tetapi merasakan kehadiran-Nya, maka Tuhan telah mengunjungi rumahnya. Shihab, 2001, hal. 212-213.Menunaikan ibadah haji tidak cukup dicapai hanya dengan pergi ke Makkah. Namun aksi-aksi yang memberikan makna dan manfaat praktis bagi kehidupan umat manusia jauh lebih penting. Jika ada orang yang berkali-kali menunaikan ibadah haji ke Makkah, tetapi dalam dirinya tidak terjadi proses transformasi nilai-nilai religius artinya ia belum menunaikan panggilan Tuhan. Proses mujahadahnya ke Mekkah belum memberikan bekas sedikitpun dalam perilaku kehidupannya. Di sinilah perlu digaris bawahi bahwa keberhasilan ibadah haji bukan dilihat dari berapa kalinya seseorang menunaikannya dan bukan pula simbol atau gelar haji atau hajjah yang disandangnya, namun ditentukan oleh kesadaran musyahadahnya kepada Tuhan. Karena musyahadah inilah yang akan membentuk visi kemanusiaan, keadilan dan solidaritas sosial. Dengan melakukan ibadah haji mestinya mampu membersihkan dari unsur-unsur duniawi dan membangunnya di atas batin yang tulus. Haji yang demikianlah yang pantas mendapat gelar haji yang mabrur, haji yang berhasil melakukan musyahadah dengan Tuhan dan mampu memberikan kebaikaan birr, menaburkan kedamaian di muka bumi. Maka pantaslah surga sebagai makna prosesi haji yang demikian indah. Haji merupakan kumpulan simbol-simbol yang maknanya sangat dalam. Mestinya sebagai tamu Allah perlu menghayati makna-makna terdalamnya. Sehingga ibadahnya tidak hanya sekedar menggugurkan kewajiban dan bahkan dianggap sebagai ibadah paripurna. Makna-makna prosesi haji perlu dihayati dan diamalkan secara baik dan benar. Dengan demikian akan mengantarkannya menjadi manusia yang mampu keluar dari hegemoni kepentingan hawa nafsu yang cenderung menjauhkan diri dari Allah. Sehingga mampu memberikan kebaikaan birr, menaburkan kedamaian di muka bumi. Istianah44Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016ReferensiAl-Qurโan al-KarimGhafur, Waryono Abdul, 2005, Tafsir Sosial Mendialogkan Teks dengan Konteks, Yogyakarta eLSAQ Islah, 2006, Surat Cinta al-Ghazali Nasihat-nasihat Pencerah Hati, Bandung Nurcholis, 1997, Perjalanan Religius Umrah dan Haji, Jakarta ParamadinaMaktabah SyamelaRakhmat, Jalaluddin, 1999, Meraih Cinta Ilahi Pencerahan Su๎stik, Bandung PT Remaja Rosdakarya Shihab, M. Quraish Sihab, 1999, Membumikan al-Qurโan, Bandug 2001, Lentera Hati Kisah dan Hikmah Kehidupan, Bandung Mizan. Shariati, Ali, 1995, Haji, Bandung Penerbit Muhammad, 2005, TaSawuf Transformatif, Sekarjalak. diakses tanggal 31 Agustus 2016 diakses tanggal 31 Agustus 2016 ... c. Thawaf, adalah mengelilingi Ka'bah yang berputar dengan berlawanan arah jarum jam. Thawaf dimulai di Hajar Aswad atau garis yang sejajar dengan Hajar Aswad [5]. d. ...Eka Fatra Arif HidayatullahRohman DijayaNuril Lutvi AzizahHajj is a special worship, which is a dream and obligation for Muslims in the world to perform it, for those who are physically and materially capable. An introduction to the pilgrimage has been obtained since the 3rd grade of Elementary School SD. The long process of the pilgrimage with various pillars and provisions contained in the procedures for its implementation often raises the disinterest of students in learning to understand and study the pilgrimage more deeply. To achieve the desired competence, many learning media have been developed, one of which is Augmented Reality AR technology. Augmented Reality AR is a technology that allows you to integrate 3D objects into a real environment. Based on this problem, the author makes an application about the introduction and pillars of the pilgrimage based on Augmented Reality using the Markerless method. Making applications using Blender software as a modeler and Unity 3D as an application maker. It is hoped that this application can introduce Augmented Reality into the world of education, and help students, especially elementary school children, get to know the pillars of Hajj better.... Experts disseminate health advice. e. Directions to and from home in a safe manner Istianah, 2017 The communication system related to services carried out in the implementation of the Hajj is in accordance with the Law of the Republic of Indonesia No. 8 of 2019 concerning the Implementation of the Hajj and Umrah Worship, which states that one of the objectives of organizing the Hajj and Umrah is to provide guidance, service, and protection to Hajj and Umrah pilgrims. Umrah pilgrims so that they can perform their worship in accordance with Shari'a law. ...Ahmad Tamrin Sikumbang Syukur KholilRubino RubinoFarhan IndraThis article discusses the role of communication in attracting Hajj pilgrims to North Sumatra. This article examines the steps taken by the North Sumatra Province Ministry of Religion to implement a communication system in terms of services and pilgrim protection guarantees. This article's research employs a descriptive method with a qualitative approach. Interviews were conducted with several informants who were considered qualified to answer this topic within the Ministry of Religion of North Sumatra, including the Jemaah Haji from North Sumatra. Literature studies and documentation are two other methods for gathering data. Data processing and analysis techniques were applied in three stages data reduction, data presentation, and conclusion drawing. According to the findings of this study, the Ministry of Religion has ensured a fair, professional, and accountable implementation of the Hajj by prioritizing the interests of the congregation, and general and special services for disabled people. Meanwhile, both domestically and in Saudi Arabia, coaching takes the form of practice. Furthermore, the Ministry of Religion has put legal safeguards in place to ensure the safety of Hajj pilgrims.... Furthermore, the essence of the Hajj pilgrimage is basically an act of mujahadah an earnest effort of the soul to gain awareness of musyaadah witness, which is the process of perseverance of a servant visiting Baitullah the house of God as a means of meeting liqa' with God. Hajj is a symbol of a person's return to God the Absolute Istianah, 2017. Thus, religion as a fact and history has a symbolic and sociological dimension as an abstract domain structure independent of space and time Zainuddin, 2013. ... Mustaqim PabbajahM TaufiqHidayat PabbajahZainal SaidThis study discusses the contestation of Islamic identity and local traditions of the Bugis-Makassar people in socio-religious life. Tradition contains a belief with form and practices that can still be traced to the present. In this case, the identity of the hajj pilgrimage attached to Muslims has been adapted to the Bawakaraeng Hajj community in the South Sulawesi region. The current research employed a qualitative descriptive approach and field-based data collection techniques by conducting observations and interviews with key informants about the Bawakaraeng community. It was found that the Bugis-Makassar practice of carrying out a series of rituals on the summit of Mount Bawakaraeng is an old tradition indicating a contestation between Islamic identity and local traditions. The term Hajj, which is attached to the Bawakaraeng pilgrimage, is a media construct, alluding to the mainstream Hajj, due to the strong influence of Islamization in South Sulawesi. Contestation takes place in three forms. First, mild contestation that shows religion and tradition accept and complement each other. Second, open contestation that distinguishes religious practices and traditions. Third, contestation that seeks to impose influence upon one another - a frontal conflict between religion and local traditions. This paper suggests that the study of Islam and culture in Indonesia, as a multicultural nation, still needs to be explored contextually and comprehensively as an ever-changing social MadjidMadjid, Nurcholis, 1997, Perjalanan Religius Umrah dan Haji, Jakarta Paramadina Maktabah SyamelaM Quraish ShihabSihabShihab, M. Quraish Sihab, 1999, Membumikan al-Qur' an, Bandug Mizan.
Islam Kaffah Syariat, Tarekat, Hakikat, dan Ma'rifat Oleh KH. Imam Jazuli, Lc., MA. - Secara umum ada tiga prinsip dalam beragama Islam yang pokok yaitu Islam, Iman dan Ihsan berdasarkan pada hadis sahih riwayat Muslim dari Umar bin Khattab -yang dikenal dengan hadits Jibril -dimana menurut Sayyid Bakari, trilogi itu merupakan kumpulan tahapan dan tingkatan yang saling terkait dalam mengamalkan islam, lebih-lebih oleh seorang salik. Hal itu dikaitkan dengan percakapan antara malaikat Jibril dan Rasulullah yang ringkasannya sebagai berikut Hai Muhammad. Beritahukan kepadaku apa itu Islam! Rasulullah Saw berkata โIslam adalah Anda bersaksi tiada tuhan yang disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, tegakkan shalat, bayarkan zakat, puasa di bulan Ramadhan, laksanakan haji jika Anda mampu berjalan ke sana. Ia berkata Anda benar. Kami heran, ia bertanya kemudian ia membenarkan. Ia berkata lagi Beritahukan kepadaku apa itu Iman! Rasul menjawab Anda percaya kepada Allah, MalaikatNya, kitan-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari Akhir, dan anda beriman kepada qadar baik dan buruk. Ia menjawab Anda benar. Ia berkata lagi Beritahu aku apa itu Ihsan! Rasul berkata "Anda sembah Allah seolah-olah melihatnya, dan jika Anda tidak dapat melihatnya, maka Ia pasti melihatmu." Fath al-Bari li Ibn Hajr, 125/1 Sayyid Bakari seperti ingin mengatakan, bahwa islam yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah syariat, iman adalah hakikat dan ihsan itu serupa ma'rifat, ketiga jenjang ini pada dasarnya adalah pengejewantahan dari makna takwa. Maka untuk mengamalkannya butuh tarikat dari seorang pembimbing mursyid. Agar tidak terjadi ketimpangan, maka ketiganya harus diterapkan secara keseluruhan, yakni syariat, tarekat, dan hakikat untuk mencapai puncak makrifat pengetahuan. Syariat tanpa hakikat adalah kosong dan hakikat tanpa syariat adalah batal serta tak berdasar. Jika dianalogikan, maka syariat itu ibarat perahu, tarekat adalah nahkodanya, hakikat adalah pulau yang hendak dituju dari perjalanan itu, sementara ma'rifat adalah tujuan akhir, yaitu bertemu dengan Sang Pemilik Pulau. Dengan demikian, hakikat dan ma'rifat tak akan mampu dituju oleh salik, tanpa menggunakan perahu dan melalui nahkoda. Karena itu menurut Sayyid Bakri, umat Islam tidak boleh terkecoh untuk mudah meninggalkan syariat atas nama hakikat atau ma'rifat. ูุงูู
ุนูู ุฃู ุงูุทุฑููุฉ ูุงูุญูููุฉ ููุงูู
ุง ู
ุชููู ุนูู ุงูุดุฑูุนุฉ ููุง ูุณุชููู
ุงู ููุง ูุญุตูุงู ุฅูุง ุจูุง ูุงูู
ุคู
ู ูุฅู ุนูุช ุฏุฑุฌุชู ูุงุฑุชูุนุช ู
ูุฒูุชู ูุตุงุฑ ู
ู ุฌู
ูุฉ ุงูุฃูููุงุก ูุง ุชุณูุท ุนูู ุงูุนุจุงุฏุงุช ุงูู
ูุฑูุถุฉ ูู ุงููุฑุขู ูุงูุณูุฉ Artinya, โMaknanya, tarekat dan hakikat bergantung pada pengamalan syariat. Keduanya takkan tegak dan hasil tanpa syariat. Sekalipun derajat dan kedudukan seseorang sudah mencapai level yang sangat tinggi dan ia termasuk salah satu wali Allah, ibadah yang wajib sebagaimana diamanahkan dalam Al-Qurโan dan sunnah tidak gugur darinya,โ Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya, Al-Haramain tt, h. 12. Sayyid Bakri mencontohkan shalat tahajud Rasulullah SAW sehingga kedua kakinya bengkak, karena aktivitas shalat malamnya semalam suntuk. Ketika ditanya, โBukankah Allah telah mengampuni dosamu yang lalu dan mendatang?โ Rasulullah menjawab, โApakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur?โ Maksudnya adalah kewajiban ibadah berlaku untuk memenuhi hak kehambaan dan hak syukur atas nikmat. Para wali dengan derajat kewalian mereka tidak pernah keluar dari batas kehambaan dan pihak yang menerima nikmat Allah,โ Sayyid Bakri 12. Jadi shalatnya Rasullah ini adalah bagian ibadah yang bisa dilihat dari sisi syariat. Syariat dan Hakikat Syariat adalah wujud ketaatan salik kepada agama Allah dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Syariah adalah sisi praktis dari ibadah dan muamalah dan perkara-perkara ubudiyah. Tempatnya adalah anggota luar dari tubuh. Yang mengkaji khusus ilmu syariah disebut fuqaha ahli fiqih. Menurut Syekh Tajudin as-Subki, syariat adalah segala sesuatu yang ditanggungkan kepada seorang hamba. Sedangkan hakikat adalah inti dan makna dari perkara tertentu. Syariat berbasis fiqih, sementara hakikat berbasis iman. Dengan kata lain, syariat adalah pengejawantahan dari perbuatan-perbuatan fiqih, yang digali dari dalil-dalil secara terperinciโ Tajudin as-Subki, kitab jamโu al-jawamiโ 1/42 Relasi keduanya tak terpisahkan. Karena syariat harus diperkuat dengan hakikat dan hakikat dibatasi oleh ketentuan hukum syariat. Sehingga, keberadaan syariat seharusnya mampu mendorong komunikasi langsung "syuhud" antara seorang hamba dan khalik tanpa perantara apa pun. Ma'rifat dan Tarekat
100% found this document useful 2 votes3K views75 pagesDescriptionSyariat, Tarikat, Hakikat Dan Makrifat..Copyrightยฉ ยฉ All Rights ReservedAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 2 votes3K views75 pagesSyariat, Tarikat, Hakikat Dan Makrifat..Jump to Page You are on page 1of 75 You're Reading a Free Preview Pages 7 to 9 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 13 to 23 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 30 to 38 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 42 to 47 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 53 to 71 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
hakikat haji menurut ilmu makrifat